BAB 4 : Awal Kenabian (Nabi Muhammad SAW)

Awal Kenabian Rasullulah

Di tengah hening malam yang dipenuhi dengan gemerlap bintang di Gua Hira, sebuah peristiwa besar yang akan mengubah arah sejarah umat manusia sedang dalam proses penerimaannya. Seorang pria bernama Muhammad bin Abdullah, yang dikenal sebagai pribadi yang jujur, bijaksana, dan penuh kesalehan, telah menjauh dari kehidupan sibuk Makkah untuk merenungkan makna kehidupan. Gua Hira, sebuah tempat sunyi di bukit yang terpencil dari keramaian kota, menjadi tempat meditasinya yang kerap.

Wahyu Pertama

Pada malam yang dikenang sebagai malam 17 Ramadan, ketika Muhammad berusia 40 tahun, datanglah Malaikat Jibril dengan misi Ilahi. Saat Muhammad sedang dalam kontemplasi mendalam, cahaya keagungan Allah SWT menyelimuti gua tersebut. Malaikat Jibril muncul di hadapannya dalam bentuk yang luar biasa, memenuhi gua dengan hadiratnya yang menggetarkan jiwa.

“Iqra’ (Bacalah)! Demi nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan pena, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Suara Malaikat Jibril menggelegar, mengguncang hati Muhammad yang mulia. Dalam keheningan malam yang sunyi, wahyu pertama itu turun kepada Muhammad, meminta beliau untuk membaca dengan nama Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Perintah untuk membaca bukan hanya sekadar bacaan, tetapi membawa makna mendalam tentang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan pemuliaan manusia yang baru-baru ini diciptakan oleh Allah SWT.

Penegasan Kenabian

Muhammad, yang takjub dan bingung, menjawab dengan rendah hati bahwa beliau bukanlah seorang pembaca. Namun, Malaikat Jibril memeluk beliau dengan kelembutan dan menegaskan kembali perintah Allah. Wahyu itu tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali turun kembali dalam beberapa waktu, memberikan Muhammad petunjuk, nasihat, dan hikmah yang akan membimbing umat manusia menuju jalan yang lurus.

Keberadaan Malaikat Jibril di dalam gua memberikan kekuatan dan keyakinan kepada Muhammad bahwa beliau telah dipilih oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Pada malam itu, awal dari kenabian Muhammad SAW dimulai dengan cahaya ilahi yang membuka jalan bagi kebenaran dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Reaksi Pertama dan Dukungan Khadijah

Setelah menerima wahyu pertama, Muhammad SAW kembali ke rumah dengan hati yang gemetar dan dirundung rasa takut. Beliau merasa heran dengan apa yang telah terjadi dan mengungkapkan perasaannya kepada istri tercintanya, Khadijah binti Khuwailid. Khadijah, seorang wanita bijaksana dan beriman, dengan penuh cinta dan keyakinan, menenangkan suaminya yang tercinta.

_”Demikian pula Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) ini, sebagai hujatan yang beruntun (Ayat-ayat yang jelas dan sambungan yang jelas), dan Kami turunkan kepadamu hujatan yang beruntun itu.” (Q.S. ) semoga menjadi menj menjelaskan mendalam menjelaskan mendalam menjelaskan إذا ketika

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar