Ratap itu merayap,
Menyelinap diantara ari ari malam,
Membungkus kekalutan emosi menjadi serupa takdir yang terhempas.
Wujudku serupa belatung,
Yang meronta di sepotong roti usang di balik tong sampah tak bertiang.
Oh, inilah perjalanan tak abadi ku pada bingkai langit.
Yang tak menyisakan cahaya atau sebentuk warna.
Hanyalah nalar yang tak bertuan,
mengarahkan hati pada titik keabadian.
Dalam sepi tanpa arti dalam rindu tanpa sendu.
Air mata adalah cinta dari pipi keheningan