Orang komunikasi akan dengan mudah menangkapnya. Tak perlu pemaknaan dan pendalaman. Cukup kutip satu atau dua teori, maka takbir itu kan terpecahkan. Disampaikan lewat kiasan atau kebrutalan. Pada akhirnya muncul suatu kejelasan.
Psikolog dapat menangkap lewat gerak tubuh atau mimik muka. Semakin mendalam sebuah senyuman, semakin pandai suatu ungkapan, semakin cantik gaya permainan, maka misteri itu kan semakin tercerahkan.
Lain dengan kutipan. Dia tak mungkin terkalahkan. Berjuta khayal dan ambisi mimpi, dengan sendirinya berjatuhan.
Tak perlu berkecil hati, dan merasa rendah diri. Tak perlu pula berambisi untuk menunjukkan bahwa hati ini memang suci. Cukup dengan berkreasi dan memohon pada ilahi.
Yang harus kita ingat, “Orang yang membencimu tak butuh senyuman karena dia kan menganggap itu sebagai kiasan. Pun orang yang menyayangi tak perlu tangisan, karena hatinya sudah lebih dulu merasakan”.
Tuhan selalu punya rencana terbaik untuk setiap hamba-Nya. Tuhan pula maha menggenggam taqdir segala ciptaan-Nya.
Jika Dia memberikan, tak seorangpun mampu menolaknya. Sebaliknya, jika Dia menolaknya, tak seorangpun mampu memberikan.
So, santai saja. Berlaku pula sewajarnya. Jangan pernah singkirkan lentera karena merasa telah ada mahasurya. Malam itu akan datang, dialah yang mungkin bisa memberi senyuman.
Terimakasih ya Allah. Atas kuasa-Mu pesan itu hamba rasakan. Kan kubingkai rapi tuk jadi kenangan manis.
Mampuhkan diri untuk terus berkreasi.
Lilitkan tali tuk jadi perisai diri.
Pusatkan visi tuk mampu menggapai mimpi.
Amin.