Kehidupan dengan Halimah As-Sa’diyah

Di lembah-lembah subur dan hamparan padang pasir yang luas, angin berhembus membawa aroma kehidupan yang baru. Di sebuah desa kecil dari suku Bani Sa’d, hidup seorang wanita yang bernama Halimah As-Sa’diyah. Seperti biasa, ia bersama suaminya, Al-Harits bin Abdul ‘Uzza, mengembala ternak dan merawat anak-anak mereka di tengah keterbatasan hidup. Namun, takdir telah menyiapkan kejutan yang luar biasa bagi keluarga ini.

Ketika musim penyusuan tiba, para ibu dari pedalaman datang ke Makkah untuk mencari bayi-bayi yang bisa mereka susui. Harapan mereka adalah memperoleh imbalan dari keluarga bayi tersebut. Namun, bagi Halimah dan suaminya, tahun itu adalah tahun yang sulit. Keledai mereka lemah dan unta mereka tidak memberikan susu yang cukup. Kehidupan terasa begitu berat, namun dalam hati Halimah, tersimpan keyakinan bahwa rahmat Allah selalu ada bagi mereka yang sabar dan berusaha.

Di kota Makkah, seorang bayi bernama Muhammad baru saja lahir. Beliau adalah anak yatim, karena ayahnya, Abdullah, meninggal dunia sebelum ia dilahirkan. Ketika Halimah dan suaminya tiba di Makkah, tidak ada satu pun bayi yang tersisa kecuali Muhammad. Pada awalnya, Halimah ragu-ragu untuk mengambil Muhammad kecil karena ia tidak mengharapkan imbalan yang besar dari keluarga yatim ini. Namun, kasih sayang dan belas kasih mengalahkan keraguannya. Halimah akhirnya memutuskan untuk mengambil Muhammad dalam pelukannya, dan keputusan ini mengubah hidup mereka selamanya.

Sejak pertama kali Muhammad kecil berada dalam dekapan Halimah, tanda-tanda keberkahan mulai muncul. Susu yang semula sedikit tiba-tiba menjadi melimpah. Keledai yang lemah kini berjalan dengan kuat dan cepat. Unta mereka yang tadinya tidak memberikan susu, kini penuh dengan susu yang segar. Kehidupan keluarga Halimah yang tadinya penuh kesulitan berubah menjadi penuh keberkahan. Halimah dan suaminya menyadari bahwa anak ini bukanlah anak biasa; ia membawa berkah yang luar biasa dalam setiap langkahnya.

Muhammad kecil tumbuh di lingkungan pedesaan yang alami dan penuh kasih sayang. Di bawah langit yang biru dan di antara padang pasir yang luas, beliau belajar tentang kehidupan yang sederhana namun penuh makna. Kehidupan di pedesaan mengajarkan Muhammad tentang kesabaran, ketekunan, dan kejujuran. Halimah merawatnya dengan penuh cinta, seperti anaknya sendiri, dan Muhammad membalas kasih sayangnya dengan kelembutan dan ketulusan hati.

Dalam beberapa riwayat hadist, diceritakan bahwa ketika Muhammad berusia sekitar empat atau lima tahun, terjadi peristiwa luar biasa yang semakin menegaskan keistimewaannya. Ketika Muhammad sedang bermain dengan anak-anak lain, malaikat Jibril datang dan membelah dadanya, mengeluarkan segumpal darah hitam, dan mencuci hatinya dengan air zamzam. Hati yang telah dibersihkan ini kemudian dikembalikan ke tempatnya, menandakan kesucian dan kesiapan beliau untuk menerima wahyu di masa depan.

“Sesungguhnya Jibril mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau sedang bermain bersama anak-anak kecil. Jibril menangkap dan menidurkannya, lalu membelah dada beliau dan mengeluarkan hati beliau. Kemudian mengeluarkan segumpal darah darinya seraya berkata, ‘Ini adalah bagian setan darimu.’ Setelah itu, Jibril mencucinya dalam sebuah bejana emas dengan air zamzam, lalu menutupnya kembali dan mengembalikannya ke tempatnya.” (HR. Muslim)

Setelah peristiwa tersebut, Halimah merasa khawatir akan keselamatan Muhammad kecil. Ia memutuskan untuk mengembalikan Muhammad kepada ibunya, Aminah, meskipun dengan hati yang berat. Momen perpisahan ini dipenuhi dengan air mata dan doa. Halimah menyadari bahwa ia telah merawat seorang anak yang kelak akan menjadi pemimpin besar, pembawa cahaya kebenaran bagi seluruh umat manusia.

Kisah kehidupan Muhammad SAW bersama Halimah As-Sa’diyah adalah sebuah bab yang penuh dengan keajaiban dan keberkahan. Dari seorang anak yatim yang diambil dengan keraguan, hingga menjadi sumber keberkahan yang melimpah, semua ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang mempersiapkan Rasul terakhir-Nya. Kehidupan Muhammad bersama Halimah mengajarkan kita tentang kasih sayang, keikhlasan, dan keberkahan yang datang dari Allah bagi mereka yang sabar dan beriman.

Setelah kembali ke Makkah, Muhammad SAW melanjutkan perjalanan hidupnya dengan penuh keajaiban dan kebijaksanaan. Masa kecilnya bersama Halimah adalah fondasi kuat yang membentuk akhlak dan karakter beliau, menjadikannya teladan sempurna bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Kisah ini mengingatkan kita bahwa di setiap langkah kehidupan Rasulullah, terdapat hikmah dan pelajaran yang tak ternilai, mengajak kita untuk selalu mengingat dan mengikuti jejak beliau yang penuh dengan rahmat dan kasih sayang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar